Jakarta - Meski tak
memiliki surat izin mengemudi, para pelajar masih nekat membawa kendaraan
bermotor untuk ke sekolah. Salah satu alasan utamanya adalah karena rendahnya
tingkat keamanan kendaraan umum.
Seorang pelajar SMA Negeri 60 Jakarta, Fani Ardiansyah (15), menilai kendaraan umum seperti metromini ataupun mikrolet tidak aman. Dia memilih membawa motor pribadi ke sekolah karena takut menjadi korban kejahatan di angkutan umum.
"Di bus ngeri, ada gembel-gembelan, anak punk, pengamen yang kadang maksa minta duit, jadi ngeri sendiri," kata Fani saat berbincang, Rabu (11/9/2013) malam.
Fani punya pengalaman buruk soal kejahatan yang terjadi di angkutan umum. Saat dia masih duduk di bangku SMP, dia pernah menjadi korban pemalakan di metromini.
"Saya sendiri dulu waktu masih SMP pernah jadi korban, di metromini 75. Waktu itu ada orang ngamen masuk bis, terus maksa-maksa minta duit pake silet. Saya nggak ngasih karena memang nggak ada duit, tapi kan takut juga," tutur siswa yang kini duduk di kelas X ini.
Tak jauh berbeda dengan Fani, pelajar SMA Negeri 100 Jakarta bernama Rudi (16) juga mengaku nekat membawa motor ke sekolah karena merasa angkutan umum tak aman. Rudi memang belum pernah menjadi korban, namun temannya pernah menjadi korban pemalakan dinmetromini.
"Teman saya ada yang pas tiba di sekolah nyeker (tanpa alas kaki-red) terus nggak bawa tas. Ternyata waktu berangkat dia dipalak sama anak STM, semua barangnya diambil," ujar Rudi.
Opini :
Ketidaknyamanan dan ketidakamanan angkutan umum membuat pelajar enggan
menggunakan sarana transportasi umum untuk pergi ke sekolah. Mereka lebih
memilih mengendarai kendaraan pribadi walaupun mereka belum mempunyai SIM.
Saran saya adalah pemerintah sebaiknya memperbaiki dan membuat aman serta
nyaman angkutan umum serta peran serta masyarakat harus bisa menjaga dan tidak
menganggu orang lain.
Referensi:
Nama: Artaga Bunaiya
Kelas: 1KA05
NPM: 11113400
Tidak ada komentar:
Posting Komentar